4 Puisi Terbaik Sepanjang Masa Karya Penyair Ternama

Contoh Puisi Prismatis yang Bisa Dijadikan Referensi Belajar

Bagi kau pecinta puisi, perlu membaca dominoqq beberapa puisi terbaik sepanjang masa karya penyair puisi ternama dalam artikel ini. Tak cuma terbaik, beberapa puisi juga cukup familiar di Indonesia lho!

Apakah kau tahu makna sebetulnya dari puisi? Mengutip dari buku yang berjudul Puisi dan Bulu Kuduk, Acep Zamzam Noor, (2021:269), tiap-tiap penyair, tiap-tiap kritikus atau pengamat, malahan tiap-tiap penikmat dan pecinta puisi akan memiliki jawabannya sendiri-sendiri mengenai makna puisi.
Ada yang berpendapat bahwa puisi yakni kata-kata yang dirangkai secara cantik, puisi yakni kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik, puisi yakni seni bahasa yang berirama, dan lain sebagainya. Singkatnya, apabila kita sederhanakan puisi bolehlah yakni sebuah seni bahasa, atau seni kata-kata.
Kalau kau berminat pada puisi, kau bisa membaca beberapa puisi terbaik sepanjang masa karya penyair puisi ternama berikut ini:

1. Saya – Chairil Anwar

‘Ku berharap tak seorang‘kan merayu

Tak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Saya ini hewan jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Saya tetap meradang menghempas

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga sirna pedih peri

Dan saya akan lebih tak perduli

Saya berharap hidup seribu tahun lagi.

2. Doa – Chairil Anwar
Tuhanku

dalam termanggu

ku sebut namu Mu

biar sulit sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

Tuhanku

cahaya Mu panas suci

bagai kerdip lilin

di suram sunyi

Tuhanku

saya sirna format

kembara di negeri asing

Tuhanku

dipintuMu ku ketuk

saya tak bisa berpaling.

3. Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini – Taufiq Ismail
Tak ada lagi alternatif

Kita seharusnya berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita
dalam pengabdian tanpa harga

akan maukah kita duduk satu meja

dengan para pembunuh tahun yang lalu

dalam tiap-tiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku!”

Tak ada lagi alternatif

Kita seharusnya berjalan terus

Kita yakni manusia bermata sayu,

Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bis yang penuh

Kita yakni berpuluh juta yang bertahan hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya membisu inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya dengan seribu semboyan

Dan seribu pengeras bunyi yang hampa bunyi

Tak ada lagi alternatif

Kita seharusnya berjalan terus

4. Sebuah Kamar – Chairil Anwar
Sebuah jendela penyerahan kamar ini pada dunia

Bulan yang menyinar ke dalam berharap lebih banyak tahu

Telah lima anak bernyawa di sini, Saya salah satu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *