8 Contoh Puisi Hujan yang Mengandung Makna Mendalam

Puisi adalah bentuk karya sastra dengan bait yang memiliki rima, matra, dan larik. Ragam sastra ini dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulisnya.

Biasanya puisi bisa ditulis dengan berbagai tema tanpa ada batasan. Misalnya hujan yang identik dengan dingin, sendu, dan mellow dengan berbagai kenangan.

Contoh Puisi tentang Hujan

Puisi tentang hujan bisa berisi tentang kerinduan, kenangan, duka, atau kehidupan. Berikut beberapa contohnya mengutip buku Hujan: Antologi Puisi oleh Yasser A. Amiruddin, Antologi Puisi “Hujan” dari Sri Wulan Ambarwati, dan Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya karya Bakdi Soemanto:

1. Hujan Bulan Juni (karya Sapardi Djoko Damono)

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

2. Sajak Hujan (karya Sri Wulan Ambarwati)

Malam mulai menyepi
Hujan datang menyapa bumi
Memulangkan lagi setiap kenangan
Yang hampir bisa terlupakan

Hujan membawa pilu
Memaksa berteduh pada tepian waktu
Terjebak dalam basah sendu
Terkekang gigil sembilu

Hujan menerobos perdu
Bersama desir angin menderu
Mencengkeram hati nan pilu
Sampai tangan pun tak mampu menggenggam rindu.

3. Sekuntum Kamboja (karya Sri Wulan Ambarwati)

Sekuntum bunga kamboja lepas dalam genggaman
Bersama riak ombak berbaur rintik hujan
Samar, namun pasti, menjauh dari pandangan
Semburat kuning kelopaknya meliuk-liuk menari bersama ombak
Membawa akan sepotong hati yang tertinggal

Sekuntum bunga kamboja lepas dalam genggaman
Menepi pada daratan nun jauh di sana
Masih samar ku lihat lambaian tangannya
Wajah lelaki muda penuh harap hampa
Melepasku, pada dermaga
Bersama buliran air mata dan hujan.

4.. Sajak Hujan (karya Askar)

Ada hujan ada gerimis, tak ada hujan ada kemarau
Ada hujan ada air, tak ada hujan ada kering
Ada hujan ada dingin, tak ada hujan ada panas
Ada hujan ada hijau, tak ada hujan ada layu

Ada hujan ada subur, tak ada hujan ada tandus
Ada hujan ada bencana, tak ada hujan ada bencana
Ada hujan ada kematian, tak ada hujan ada kematian
Ada hujan ada duka, tak ada hujan ada duka

Ada hujan ada duka, tak ada hujan ada luka
Ada hujan ada air mata, tak ada hujan ada air mata
Ada hujan ada hidup, tak ada hujan ada hidup
Hujan.. terima kasih, teruslah memberi hidup.

5. Hujan (karya Askar)

Hujan..
Engkau hadir membekukan rindu
Menepis sepi bersama pilu
Memberi hidup akar alamku
Menyamari air mata dukaku

Hujan…
Hadirlah dengan senyum
Jangan tampakkan sisi terburukmu
Hanyutkan seluruh kelam
Beningkan jiwaku dengan jernihmu

Hujan..
Beri aku sejuk
Beri aku peluk
Hibur aku dalam senyap
Dan teruslah jatuh membawa hidup.

6. Hujan Kematian (karya Muh. Syaifullah)

Dimulai dari mendung
Saat langit ditutupi awan gelap abu-abu
Kabar itu mulai terdengar
Berita entah baik atau buruk
Kabar kepindahan kepemimpinanmu

Mendung berganti jatuhan tetesan-tetesan air
Rindukah namanya ini
Setelah engkau benar beralih ke yang lain
Setelah suasana baru bermunculan
Ketika kau tak ada di sisi

Hujan semakin menguasai
Membanjiri asa yang terputus
Membendung nasib yang terlantar
Butuh pahlawan
Butuh pemimpin

Embun menghampiri dengan sinar matahari pencerahan
Mengantarkan ibu pemimpin
Ibu tegas cerdas lagi bijaksana
Pahlawan kami datang

Hingga hujan menderas lagi
Diiringi gelegar petir tangisan
Kematian ibu pemimpin kami tiba
Setelah kami pergi tak meninggalkannya

Kami tak percaya

Sekarang engkau menyisakan pelangi
Pelangi yang lebih indah dari pelangi tujuh warna
Pelangi kejayaan tentunya
Pelangi dari ibu pemimpin kami
Bidadari pahlawan kami

Kami merindu
Saat proses hujan terjadi
Kamu rindu sosokmu
Saat proses kehidupan terjadi
Kami rindu semuamu.

7. Lobang di Hati (karya Sri Wulan Ambarwati)

Ada lobang menganga di hati
Merah, merejam tanpa henti
Hujan.. datanglah ke hadapan
Sapu air mata ini hingga luruh ke tanah

Hujan.. aku menghiba rintikmu
Membelai mesra rambut kusutku
Menghapus peluh dan nestapa laraku

Ada lobang meganga di hati
Merah merejam tanpa henti
Janji suci telah ternodai
Oleh bisikan nafsu duniawi

Hujan.. aku menghiba rintikmu
Menghanyutkan aroma busuk
Pada peluh di malam jahanam
Dari insan di jalan kesesatan.

8. Lakadaung (karya Yasser A. Amiruddin)

Dari balik kaca mobil yang melintas
Ku melihat hamparan padi yang menguning
Memandang kenangan lepas
Mengingat kampung halaman yang lama ditinggal
Lakadaung
Lakadaung menyimpan cerita indah

Masa kanak-kanak yang tak terlupakan
Menciptakan kaum intelektual dengan masa depan cerah
Meski harus meninggalkan kampung halaman

Lakadaung, aku kangen
Kangen akan cerita indah sepanjang hari
Kangen seperti gerimis yang selalu mengawali hadirnya hujan
Hingga, menanti datangnya pelangi.

Puisi tentang hujan ternyata bisa memberi banyak arti. Misalnya pada puisi Hujan di Bulan Juni, yang menggambarkan ketabahan dalam penantian https://pa-bawean.com/. Segenap doa, kesabaran, dan keikhlasan diberikan selama menunggu.

Dikutip dari tulisan berjudul Analisis Struktur Batin Puisi “Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono karya Astriani Indah Pratiwi, dkk, dalam jurnal Parole IKIP Siliwangi, jiwa yang tengah menunggu digambarkan sangat bijak dan teguh hati.

Penggambaran karakter tersebut seperti hujan di bulan Juni. Bulan keenam dalam kalender Masehi tersebut belum masuk musim hujan. Namun seiring waktu, penantian berakhir dengan turunnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *