Puisi prismatis merupakan satu di antara jenis karya sastra yang digunakan untuk menyampaikan isi hati penyair.
Puisi prismatis adalah puisi yang mengandung unsur-unsur pembangun secara apik, baik dari segi ketepatan penggunaan diksi, kata konkret, imaji maupun penggunaan majas atau gaya bahasa melalui ekspresi yang tidak langsung.
Selain itu, puisi prismatis disebut sebagai puisi yang sulit situs judi bola dipahami karena penggunaan kata konotatif, citraan, dan kiasan sehingga makna yang dikandungnya bersifat multi interpretable atau memiliki banyak makna.
Bahkan, beberapa berpendapat mengatakan puisi prismatis tidak menggunakan bahasa sehari-hari.
Dengan keunikan dan kekhasannya, puisi prismatis menjadi satu di antara bentuk puisi yang menarik untuk dieksplorasi.
Tanah Air Mata
Tanah air mata tanah tumpah dukaku
Mata air airmata kami
Airmata tanah air kami
Di sinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik etalase megah gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Kami coba simpan nestapa
Kami coba kuburkan duka lara
Namun perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan bisa menyingkir
Ke manapun melangkah
Kalian pijak airmata kami
Ke manapun terbang
Kalian kan hinggap di air mata kami
Ke manapun berlayar
Kalian arungi airmata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan bisa mengelak
Takkan bisa ke mana pergi
Menyerahlah pada kedalaman air mata.
Guru, Pelita Bangsa
Papan tulis bagai kanvas putih
Rangkaian kata terukir indah
Ilmu bagaikan pelita di malam kelam
Sinarnya menerangi jalan yang terjal
Maestro di balik melodi pengetahuan
Akselerator tak kenal lelah
Tanganmu mengukir masa depan
Idealismemu mewarnai dunia
Seperti mentari pagi yang menyapa
Menerangi jiwa yang masih belia
Apa pun rintangan yang kau hadapi
Tak pernah surut semangatmu mengajar
Ibarat samudra luas ilmu pengetahuan
Ajarmu bagai gelombang yang menari
Nasihatmu bagai mutiara yang berkilau
Di dalam hati kami tersimpan rapi
Apa pun balasan tak sepadan dengan jasamu
Jasa yang tak ternilai harganya
Akan selalu kami kenang dan hormati
Seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Sajak Putih
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu etik pun jauh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengaburkan batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia memanggil-manggil
Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca.
Puisi Hitam
Di punggung tanah kelam
Angin terbang membedah lembah
Membawa getir lahang berlaru darah
Pupuslah mayang
Bunyi saronen
Suara sedih penghuni
Jalan melas jalan ke kota
Putus di tengah
Langit luas melingkung dunia
Terengah
Sejumlah warna merebah ke bawah tanah
Dan tanah lekah
Menganga
Ada nyawa-nyawa yang dipanggilnya
Kemerdekaan milik siapa?
Milik sebagian atau semua?
Bila warna nurani luntur
Bintang-bintang pun segera gugur
Orang di dusun tinggal bertanya
Kapan kiamat tiba?
Laju Aksara Timah
Abad ke tujuh
Patung timah menyeru
Sang datuk keliru
Terburu menyumpah lanun
Dalam perut bumi
Aku mengais jejak timah
Begitu suruhmu
Hingga buntung kakiku
Dunia terus beradu
Tak tahu malu
Mengayak butir timah
Sendiri dalam kilah buru
AC hidup memberi sejuk
Ia duduk mengatur
Matahari merajuk
Kami tak tahu mundur.