Petikan Puisi Penyair Dunia Yang Bikin Kamu ‘Meleleh’
Petikan Puisi Penyair Dunia – Puisi memiliki daya magis tersendiri. Berbeda dengan jenis tulisan lain, puisi selalu menghadrikan kejutan menarik. Gubahan para penyair memang dapat membuat seseorang masuk ke dalam dunia imajinasi. Keindahan bahasa dan kedalaman makna dalam setiap larik menjadi kekuatan yang mampu memikat Slot777 serta menggetarkan hati seseorang.
Seni yang menggunakan estetika bahasa itu terkadang sering diidentikkan dengan romantisme. Bahkan puisi dapat dijadikan sebagai senjata ampuh untuk menyatakan rasa cinta. Tak heran jika seseorang bisa takluk dan jatuh hati hanya dengan kata-kata bermajas indah.
Kamu pencinta sastra? Ingin tahu bagaimana puisi karya penyair dari berbagai belahan dunia? Berikut ini kami hadikan delapan petikan puisi karya penyair dunia yang bakal bikin kamu ‘meleleh’
Beberapa Petikan Puisi Penyair Dunia
1. William Shakespeare, “I am Afraid”
Kau bilang kau suka hujan,
tapi kenapa kau membuka payungmu ketika hujan
Kau bilang kau suka matahari,
tapi kenapa kau mencari tempat berteduh ketika matahari bersinar
Kau bilang kau suka angin,
tapi kenapa kau menutup jendelamu ketika angin bertiup
Inilah yang aku takutkan
kau mengatakan kau juga mencintai aku
2. Pablo Neruda, “Your Laughter”
tawa yang tersangkut di malam
pada hari, pada bulan,
tawa yang berpantul-pantul di jalan-jalan di pulau ini
tawa pada bocah ceroboh yang mencintaimu
tawa berkelebat saat aku memejam dan membuka mata
tawa ketika langkahku maju, ketika langkahku surut
mengingkari tarikan nafas, udara, sinar, semi, tapi
jangan pernah ambil tawamu
atau aku akan binasa
3. Khalil Gibran, “Love”
Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan marwah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini. Biarkan rasa lapar makan enggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku. Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku untuk cangkir yang tidak kau isi
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
4. Edgar Allan Poe, “To One Departed”
Peri tertinggi! Kenanganmu kepadaku
Seperti pesona jauh— pulau asing
Di laut yang ganas—
Beberapa samudra yang mencengkeramkan
jejari badainya; dimana langit
tak putus-putus menjangkau
merangkulkan kilat cahayanya ke pulau
Demi yang bersungguh-sungguh peduli dan menangisi
orang-orang yang mengelilingi setapak jalanku
(setapak kesedihan, aduh, dimana tumbuh banyak hal
namun tak pernah tumbuh setangkai mawar!)
Ruhku yang tertinggal sedikit terhibur
Dalam mimpi-mimpimu; dan tahu
Sebuah taman eden tertidur nyenyak di situ
5. John Cornford, “Huesca”
di batu penghabisan ke Huesca
batas terakhir dari kebanggaan kita
kenanglah sayang, dengan mesra
kau kubayangkan di sisiku ada
dan jika untung malang menghamparkan
aku dalam kuburan dangkal
ingatlah sebisamu segala yang indah
dan cintaku yang kekal