Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengintai Rusia

Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengintai Rusia

Kewenangan Ukraina mengeklaim faksinya sudah tembak jatuh sebuah pesawat pengintai Rusia A-50U di atas Laut Azov. Ukraina juga membagi peta yang memperlihatkan jika pesawat itu jatuh di daerah Rusia selatan.

Moskow tidak memberi komentar sah, namun kewenangan di daerah Krasnodar, Rusia selatan menjelaskan para petugas pemadam kebakaran ada di sebuah lokasi kecelakaan udara, tanpa menerangkan selanjutnya.

“Pesawat A-50U Rusia yang berharga yang lain ditembak jatuh di Laut Azov,” kata intelijen militer Ukraina pada sebuah posting di sosial media, seperti dikutip Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (24/2/2024).

“Jatuhnya A-50U adalah pukulan serius pada kekuatan dan kekuatan teroris Moskow,” sambungnya.

A-50 ialah pesawat pengintai Rusia, sama dengan pesawat AWACS (Airborne Warning and Kontrol Sistem) yang dipakai oleh NATO.

Militer slot spaceman Ukraina akhir kali mengeklaim sudah tembak jatuh pesawat A-50 di bulan Januari lantas, di atas Laut Azov yang berada di antara Rusia dan Ukraina.

AFP tidak bisa segera mengonfirmasi karakter kecelakaan atau pesawat yang mana remuk dalam kejadian terkini ini.

Video di sosial media memperlihatkan sejumlah kilatan sinar di langit malam yang gelap, di ikuti oleh kilatan sinar yang lain yang memperlihatkan kobaran api besar di lokasi yang terlihat seperti wilayah perdesaan.

Kewenangan wilayah Krasnodar menjelaskan unit pemadam kebakaran sedang memberi respon kobaran api “sekitaran 250 mtr. persegi” dan tidak ada rumah masyarakat yang terancam.

Disebut jika “dua pesawat” terturut dalam kejadian itu, namun tidak mengatakan dengan detil berkenaan pesawat itu.

“Saat ini api sudah dipadamkan. Penegakan hukum dan service khusus bekerja di lokasi itu,” kata kewenangan wilayah Krasnodar.

Rusia Sebutkan NATO Biang Kerok Perang di Ukraina Makin Tahan lama

NATO mengatakan merencanakan mengirimi kontribusi senjata ke Kyiv Ukraina, Saat ini faksinya sedang mengoordinasikan berkaitan jumlah pasokannya.

Juru Berbicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menjelaskan jika gagasan NATO itu memperlihatkan keterkaitan secara langsung dalam perselisihan di antara Rusia dengan Ukraina.

“Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sudah menjelaskan suatu hal yang penting jadi perhatian. Ia menegaskan jika saat ini permasalahan pengadaan kontribusi militer ke Kyiv bukan hanya akan diperhitungkan dalam rangka Ramstein, tapi juga pada tatap muka Dewan NATO-Ukraina,” ucapnya, dikutip TASS, Kamis (22/2/2024).

Ia menjelaskan jika tatap muka ke-19 Barisan Contact Pertahanan Ukraina diselenggarakan di Basis Besar NATO di Brussels dalam rangka Ramstein, pada 14 Februari 2024.

“Dalam kata lain, di tengah-tengah permasalahan suplai senjata dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, koalisi itu, pada realitanya berkemauan untuk ambil peranan mengoordinasikan suplai senjata ke pemerintahan Zelensky. Nampaknya NATO benar-benar terbuka berkenaan hal ini, dan keterkaitan secara langsung dalam perselisihan itu,” katanya.

Susul hasil itu, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov memberitahukan tentang penyeluncuran konsolidasi pertahanan udara yang dipegang oleh Jerman, Prancis dan Amerika Serikat (AS), yang sudah di ikuti oleh 15 negara. Selanjutnya, sekitar 20 negara sudah gabung dengan konsolidasi pembersihan ranjau.

Dalam pada itu, Juru Berbicara Cabinet Jerman Steffen Hebestreit menjelaskan jika pemerintahan Jerman berniat untuk memberikan dukungan Ukraina sebanyak-banyaknya dengan persyaratan Jerman tidak menjadi pihak yang benseteru.

“Satu kali lagi, saya bisa mengatakan tiga konsep: kami memberikan dukungan Ukraina seoptimal mungkin; kami pastikan baik Jerman atau NATO tidak menjadi pihak yang bertikai; dan kami bekerjasama kuat dan atas dasar keyakinan dengan partner dan sekutu kami, khususnya dengan Amerika Serikat,” ucapnya.

Secara keseluruhnya, Jerman selama ini sudah mengucurkan dana atau menyimpan loyalitas berbelanja masa depan sekitaran 28 miliar euro atau sama dengan Rp473,4 triliun untuk support militer untuk Ukraina.

Sepanjang lawatan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Berlin, kesepakatan bilateral berkenaan kewajiban keamanan diberi tanda tangan sepanjang sepuluh tahun, dan kemungkinan berkelanjutan, pada 16 Februari 2024.

Adapun Rusia sudah berkali-kali mengingatkan jika suplai senjata cuma akan membuat perselisihan di Ukraina berjalan semakin lama.